3 Tahap Hidup yang Harus Kamu Ketahui agar Hidupmu Lebih Bermakna
*MANAGE YOUR TIME, MANAGE YOUR HAPPINESS*
*Pemateri:*
*Sri Haryati (Kepala Suku Hayat School)*
🌸🌸🌸🌸🌸
Waktu bukan sekedar hitungan detik, menit, jam, atau hari,
Waktu juga bukan jadwal ketat dimana kita hidup bagaikan robot,
Waktu bukan hanya akumulasi rutinitas yang kita terapkan dalam harian kita,
Waktu adalah penanda apa yang telah kita kerjakan di bumi,
Waktu adalah kesyukuran, kesabaran, dan kebahagiaan yang kita nikmati bersama orang-orang yang kita sayangi.
Waktu adalah representasi kebermanfaatan yang kita bagi dalam peran diri sebagai khalifah fil ardhi.
Pembahasan tentang waktu sudah termaktub dengan jelas dalam surat Al-Ashr. Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman (yakin dan percaya) dan mengerjakan amal kebaikan/kebermanfaatan, dan saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran (Qs. Al-Ashr).
Dalam perjalanan kita sebagai khalifah fil ardh maka peran kita adalah meliputi tiga poin penting:
1. Memahami dan menjalani peran penciptaan diri
2. Memahami dan menjalani peran sebagai pasangan
3. Memahami dan menjalani peran sebagai ibu
Bagaimana waktu untuk berkomunitas, bersosialisasi dengan selain keluarga inti, dan di luar 3 peran penting tadi?
Peran di komunitas, sosial, pertemanan, masyarakat adalah supporting system yang akan memiliki makna inside out dan outside in, ada saat dimana kita mendapatkan support untuk menjalani ketiga peran utama, ada saat dimana kita memberikan kontribusi sebagai output dari ketiga peran utama tadi.
Berdasarkan tiga garis besar peran itu tadi saya mencoba menuangkan menjadi aktivitas apa yang akan saya lakukan dalam waktu harian saya.
Manajemen waktu adalah hal yang penting agar ketiga peran tadi dapat terpenuhi, jadi sebelum saya merumuskan jadwal harian, mingguan, bulanan, tahunan, saya terlebih dahulu menjelaskan ketiga peran penting di atas. Manajemen waktu haruslah memuat beberapa poin penting
a. Menentukan tujuan diri, apa tujuan dari kehadiran diri kita, hargai diri kita
b. Memahami peran, peran pada diri, peran pada pasangan, peran sebagai ibu
c. Skala proritas, buatlah skala prioritas dalam aktivitas harian, mingguan, bulanan, tahunan
d. Pengambilan keputusan, latihlah dalam mengambil keputusan dengan berani dan tegas
e. Merancang program, tulis program, buat chec list
f. Tetap bersikap fleksibel, jika tidak dapat memenuhi target jangan baper
g. Evaluasi, lakukan evaluasi untuk setiap progress dan stagnansi dalam program
Untuk garis besarnya saya tuangkan dalam 3 peran penting sebelumnya
1. Memahami dan menjalani peran penciptaan diri
Siapa saya? Apa yang saya harapkan? Apa yang saya inginkan? Apa yang harus saya kerjakan?
Siapa saya dan harapan, saya menerima dan ikhlas dengan segala pengalaman yang saya dapatkan dari kecil dan menjadikannya “KEKAYAAN BATIN” untuk modal saya dalam tetap berjiwa positif atau tetap “waras” hehe
Selanjutnya, saya mencoba mendefinisikan apa yang saya sukai untuk dikerjakan, ternyata dari kecil saya senang mengamati perilaku orang lain, mencoba menyelami emosi, interaksi sosial, dan ini terlihat dari hasil Talent Mapping saya dimana bakat emphaty saya di urutan pertama, ternyata jalur pengabdian peran yang saya lakukan adalah representasi dari bakat saya dan pengalaman yang saya peroleh dari masa kecil.
Saya menikmati mempelajari perilaku anak per anak, terutama memahami anak-anak saya terlebih dulu, dan memahami setiap anak yang saya handle di sekolah, lalu hubungan perhubungan dalam keluarga, memberi masukan dan menjembatani perbedaan pemikiran.
Jadwal saya cukup intens mendalami peran ini, membaca buku, mengikuti seminar/workshop yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia dari jiwa dan pribadinya, membuat alur perilaku tiap anak, dan lain-lainnya saya tuangkan di hayat school
2. Memahami dan menjalani peran sebagai pasangan
Ini adalah ranah interaksi yang intens dan emosional serta penuh pengabdian yang saya coba tanamkan dalam mindset saya, bagaimana manajemen waktu di ranah ini? Adalah hak dan kewajiban kita dengan pasangan ketika kita saling memberikan pendampingan secara fisik dan psikis, ketika akan berangkat kerja atau ketika pasangan kita datang dari tempat bekerja, saya selalu upayakan sudah siap menerima kedatangannya, dengan senyuman dan segelas minuman, hehe adalah memenuhi haknya dan saya menikmati mendampingi suami dengan diskusi-diskusi tentang pekerjaan, impian, anak-anak, dan obrolan ringan lainnya. Meskipun pekerjaan lain mungkin banyak, tapi ini momen untuk kami sama-sama merecharge energi.
Bagaimana dengan pekerjaan di dalam rumah tangga? diawal-awal pernikahan saya juga sempat mengalami kehectican, terutama karena dalam beberapa tugas saya harus banyak work hard hehe seperti mengelola kerapihan rumah, memasak, dan pekerjaan domestik lainnya. Saya cukup kewalahan karena saya terbiasa bekerja di ranah pikiran (logika analisa) berdiskusi dengan pasangan, membangun impian dan peran bersama, naah cukup kewalahan karena berumah tangga berarti kudu siap dengan komitmen merapikan pekerjaan rumah tangga yang ngga ada habisnya, hehehe. Alhamdulillah dalam hal ini saya mencoba untuk tidak menuntut diri agar perfeksionis, saya mencoba lebih fleksibel, pagi bangun tidak langsung ke dapur tapi membangun kelekatan dengan anak-anak, menyiapkan sarapan bersama anak-anak, kami punya jadwal berkegiatan bareng di pagi hari, misalnya, suami yang menyapu, sulung menyiapkan sarapan, yang kedua mencuci piring, saya bagian finsihing, ini saya berlakukan sedikit sedikit bersama suami, alhamdulillah sekarang sedang beradaptasi dengan bayi baru, beberapa pekerjaan yang tidak terhandle saya alihkan sementara ke ART, tapi ketika ART tidak ada saya tidak terlalu menuntut harus tuntas, tetap pakai skala prioritas. Karena prinsipnya pekerjaan domestik perlu dirancang, lalu teknisnya bukan pekerjaan otak tapi pekerjaan otot, jadi jangan sibuk dipikirin yang penting dikerjain sesuai kemampuan, hehe.
3. Memahami dan menjalani peran sebagai ibu
Sebagai ibu peran terpenting adalah pengasuhan, membangun kelekatan emosional, memberikan support emosional, mendengarkan keluhan anak, dan pekerjaan yang melibatkan emosi positif lainnya (mohon dicatat bukan emosi negatif).
Persepsi ibu dalam benak kita semua adalah surga yaitu kenyamanan, ibu bagai charger bagi jiwa anak-anak, bukan berarti tidak bisa tegas dan tega. Kalo saya mungkin tipe ibu yang siap dibenci kalo terpaksa, hehe siap bertempur dan berkonflik dengan anak kalo anak keliru, intinya kata anak saya “bunda sih ngga pake detol tapi bunda itu ibu detol” hehehe.
Saya meluangkan waktu khusus untuk menemani anak sulung merancang game, meluangkan waktu khusus dengan yang kedua menemaninya membuat karya, date time yang paling kami sukai adalah momen nyari kutu, hihihi.
Setelah momen meluangkan waktu, alhamdulillah lebih mudah mengingatkan anak-anak untuk menjalankan jadwal mereka masing-masing manakala lupa, lebih mudah membangunkan mereka tidur di pagi hari, lebih memahami konflik yang terjadi ketika saya tegas sama anak-anak.
4. Berkomunitas, ini sebagai bonus sharing, intinya ketika seorang ibu berkomunitas, dia harus tahu dulu apa kebutuhannya, bukan sekedar ikut-ikutan, carilah komunitas yang memang memfasilitasi diri ibu secara positif, saling mensupport, saling memberi kesempatan untuk mengeluarkan ribuan kata dan pikiran hehehe, tapi juga tidak membuat ibu menggeser ketiga peran utamanya di atas. Berkomunitas menjaga kita untuk semakin mengasah peran diri, mendapatkan input dan sekaligus memberi output.
Dalam manajemen waktu yang perlu diingat adalah bukan mengorbankan diri kita untuk kepentingan orang lain namun memberikan setiap waktu dengan haknya masing-masing, seperti analogi keselamatan penumpang di pesawat, seorang ibu harus terlebih dahulu memasang alat bantu pernafasan pada dirinya sebelum menyelamatkan orang lain, ini lah representasi dari ayat “quu anfusakum wa ahlikum naaro” artinya jauhkan DIRIMU dan keluargamu dari api neraka, jadi pastikan diri kita dulu sudah stabil, maka disekeliling kita akan stabil.
0 komentar